APakah anda ingin memiliki ilham firasat dan petunjuk kebenaran? Ternyata Ada Ilham untuk Selain Nabi Loh? Penasaran. Silahkan baca artikel yang saya copas dari sumber grup wa pendekar langit. Semoga bermanfaat
Ternyata Ada Ilham untuk Selain Nabi
Berikut ini saya mau share sebuah tulisan yang saua copas dengan tema Ternyata Ada Ilham untuk Selain Nabi.
Artinya kita sebagai manusia mukmin biasa bisa saja dapat ilham, petunjuk, firasat dan semacamnya. Terkait dengan ini termasuk juga para korban sihir.
Biasanya banyak firasat yang memberitahukan tentang benang merah dari apa yang dideritanya, ilham dan firasat yang memberitahukan sesuatu atau untuk melakukan sesuatu.
Yuk simak selengkapnya
Check it dot
AAAAA
---------------------------------
ILHAM UNTUK SELAIN NABI
Selain Nabi bisa juga mendapatkan ilham, baik ketika sadar ataupun lewat mimpi.
Dalil yang menunjukkan kemungkinan selain Nabi mendapatkan ilham, diantaranya sebagai berikut:
1. Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.”Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahan dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. [Al Anfal:29].
Syaikh Muhammad Amin Al Syinqithi dalam menafsirkan ayat ini berkata,
”Ini menunjukkan, bahwa yang dimaksud dengan al furqan dalam ayat ini adalah ilmu (pengetahuan) yang bisa membedakan antara yang hak dan batil, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala,
“Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertaqwalah kepada Allah dan berimanlah kepada RasulNya, niscaya Allah memberikan rahmatNya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al Hadid:28).
Firman Allah: dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan. Dan dengan itulah bisa membedakan antara yang hak dan batil. [Adhwa’ Al Bayan, 4/349].
Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menjanjikan kepada siapa saja yang bertakwa kepadaNya akan diberikan al furqan.
Orang yang telah mendapatkan al furqan dari Allah, pasti memiliki ilmu dan petunjuk yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Karena al furqan tersebut hanya dikhususkan kepada siapa saja yang takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Merupakan pemberian Allah Subhanahu wa Ta’ala yang tidak bisa dicari dan dipelajari.
Banyak hadits-hadits yang menjelaskan dan menjabarkan makna al furqan tersebut. Diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh Abi Malik Al Anshari, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,
"Shalat sebagai nur, shadaqah sebagai bukti, kesabaran sebagai cahaya, Al Qur’an sebagai hujjah bagimu atau atasmu. [HR.Muslim].
Maksudnya barangsiapa yang diberi Allah Subhanahu Wa Ta'ala berupa : nur, cahaya, dan burhan, maka ia telah menerima al furqan. Yang dengannya, ia bisa membedakan antara yang hak dan yang batil.
Kemampuan seperti ini juga termasuk ilham dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Juga hadits tentang waliyullah yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Rasulullah n bersabda. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ”Barangsiapa yang memusuhi waliKu, maka Kuizinkan ia diperangi. Tidaklah hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan suatu amal lebih Aku sukai daripada jika ia mengerjakan amal yang Aku wajibkan kepadanya. HambaKu senantiasa mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah hingga Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya, Aku menjadi pendengaran yang ia mendengar dengannya, menjadi penglihatan yang ia melihat dengannya, menjadi tangan yang ia memegang dengannya, sebagai kaki yang ia berjalan dengannya. Jika ia meminta kepadaKu pasti Aku beri, dan jika ia minta perlindungan kepadaKu pasti Aku lindungi. [HR.Bukhari].
Ibnu Hajar Al Asqalani menjelaskan, bahwa yang dimaksud dengan “Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai telinga, mata dan kaki” pada hadits ini ialah;
Pertama, Aku (Allah) yang menjadikan pendengaran dan pandangannya menjadi mencintai ketaatanKu dan lebih mendahulukan beribadah kepadaKu.
Kedua, semua anggotanya akan sibuk denganKu, dia tidak mendengarkan sesuatu kecuai apa yang Aku ridhai, dan tidak memalingkan pandangannya kecuali untuk apa yang Aku perintahkan.
Ketiga, Aku akan memenuhi semua keinginannya yang dicapai lewat pendengaran dan penglihatannya.
Keempat, Aku yang akan menolongnya pada pendengaran, penglihatan dan kakinya dalam menghadapi musuhnya.
Kelima, Aku akan menjaga pendengaranya sehingga tidak akan mendengar sesuatu, kecuali apa yang Aku perbolehkan untuk mendengarnya.
Keenam, mereka tidak mendengar kecuali namaKu, tidak melihat kecuali ayat-ayatKu.
Kedua makna ini yang menjadi pendapat Al Fakihani dan Ibnu Hubairah.
Ketujuh, menunjukkan cepatnya terkabul do’anya dan berhasil usahanya. Ini disebutkan oleh Al Khaththabi.
Semua makna ini tidaklah bertentangan.
[Fathul Bari, Juz 14/128-129].
Karena pada intinya -dengan ketaatannya- seorang hamba akan mendapatkan ilham berupa “Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan menjadi telinga, mata dan kaki” dengan makna yang tersebut di atas.
2. Hadits yang menjelaskan tentang fadhilah Umar bin Khattab, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
Sesungguhnya telah ada pada umat-umat sebelummu muhaddatsun, dan kalau ada pada umatku seorang darinya, maka Umar bin Al Khattab adalah orangnya. Ibnu Wahb berkata: makna muhaddatsun adalah mulhamun (orang yang mendapatkan ilham). [HR.Muslim]
Ibnu Hajar dalam menafsirkan kata al muhaddats, berkata : al muhaddats dengan fathah dal-nya, yaitu seorang yang benar persangkaannya.
Yaitu orang yang dicampakkan pada hatinya sesuatu dari Malaikat. Maka seakan-akan ada orang lain yang memberitahukannya.
Sebagaian menafsirkan al muhaddats dengan mukallam, yaitu orang yang dilawan bicara oleh Malaikat yang bukan nabi.
Atau pembicaraan dalam hatinya sekalipun dia tidak melihat Malaikat yang berbicara dengannya.
Dalam Musnad Al Humaidi disebutkan, bahwa al muhaddats adalah orang yang diilhami kebaikan di dalam hatinya.
Dalam riwayat Tirmidzi dari Ibnu Uyainah, mengatakan: yang dimaksud dengan al muhaddats adalah al mufahhamun (orang-orang yang diberi kepahaman). [Fathul Bari, 7/50].
3. Dari Nawwas bin Sam’an, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala membuat perumpamaan dengan shirath yang lurus. Di sampingnya ada dua tembok yang mempunyai pintu terbuka. Dan di setiap pintu ada tirai dan penyeru yang mengajak kepada ujung shirat dan penyeru di atasnya. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengajak ke Daar Al Salam dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki. Pintu-pintu yang ada di samping shirath adalah hududullah (larangan-larangan) Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan tidak ada seorangpun yang jatuh kepada larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga membuka tirai. Dan penyeru yang ada di atasnya adalah peringatan Rabbnya Azza wa Jalla. [HR Ahmad, Tirmidzi dan Hakim, ia berkata shahih ‘ala syarti Muslim; Imam Al Albani dalam kitab As Sunnah; Ibnu Abi Ashim hal.14-15].
Ibnu al-Qayyim berkata ; yang dimaksud dengan al waiz (peringatan) Allah Subhanahu wa Ta’ala ialah ilham yang ada dalam hati seorang muslim, diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala lewat perantaraan Malaikat. [Madarij Al Salikin, 1/46].
4. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para sahabat yang membenarkan mimpi mereka tentang lailatul qadar. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar, bahwa ada seorang sahabat yang melihat lailatul qadar ketika tidur pada malam duapuluh tujuh terakhir.
Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. Saya melihat seperti mimpimu telah ada pada tujuh terakhir. Barangsiapa yang ingin mencarinya, maka hendaknya dicari pada malam ketujuh terakhir. [HR Bukhari]
Seperti ini juga yang terjadi pada kisah permulaan azdan. Yaitu Abdullah bin Dzaid diajari tata cara adzan lewat mimpinya.
Ketika memberitahukannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau bersabda.
Sesungguhnya itu benar-benar mimpi yang baik Insya Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pergilah kepada Bilal dan ajarkanlah apa yang anda lihat, dan adzanlah dengannya, karena dia lebih keras suaranya darimu. Umar mendengar yang demikian itu di rumahnya, kemudian keluar dengan mengulur selendangnya dan berkata, ”Demi Yang mengutusmu dengan kebenaran, wahai Rasulullah. Saya pernah bermimpi seperti mimpinya.” Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda, ”Segala puji bagi Allah.“ [HR Abu Daud, Ibnu Khuzaimah dan dia menshahihkannya; Albani berkata, sanadnya hasan].
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membenarkan mimpi para sahabat tersebut, sehingga ia bisa dijadikan hujjah, Seandainya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membenarkannya maka mimpi selain Nabi tidak bisa dijadikan dalil.
5. Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
Mimpi seorang mukmin adalah empat puluh enam bagian dari kenabian. [HR Bukhari].
Sebagian ulama mengatakan penisbatan mimpi kepada kenabian bukan dengan hakikatnya.
Karena yang demikian akan mengurangi kredibilitas kenabian.
Mimpi bukanlah bagian dari kenabian, kecuali kepada Nabi.
[Fath, 10/60]
Namun yang dimaksud dengan al nubuwah di sini adalah al wahyu secara umum.
Rasulullah menyebutkan mimpi semua mukmin dan tidak menghususkannya hanya kepada seorang Nabi.
Mimpi merupakan bagian dari wahyu secara umum. Namun seseorang tidak akan menjadi nabi hanya sekedar bermimpi baik tersebut.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri, sebelum diturunkan Al Qur’an banyak bermimpi yang baik, namun Beliau belum diangkat sebagai nabi kecuali setelah diturunkannya Al Qur’an sebagai wahyu yang pertama.
Imam Al Aini berkata, ”Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mulai mendapatkan mimpi yang baik agar tidak dikejutkan oleh datangnya Malaikat yang membawa kenabian yang sangat berat, yang tidak mampu dipikul oleh manusia biasa. Pendahuluan berupa mimpi, mendengar suara, ucapan salam dari batu dan pohon, kemudian disempurnakan dengan kenabian berupa datangnya Malaikat Jibril dalam keadaan terjaga.” [Umdah Al Qari’, 1/60].
Namun, apakah mimpi semua orang bisa dianggap bagian dari kenabian?
Ketika Imam Malik ditanya demikian, Beliau membantah dan mengatakan, ”Apakah mereka akan mempermainkan kenabian? Mimpi memang bisa menjadi bagian dari kenabian, tetapi jangan sekali-sekali bermain-main dengan masalah kenabian!” [Tamhid, Ibni Abdi Al Baar,1/288]
Kesimpulannya, mimpi yang baik itu merupakan bagian dari kenabian dari segi wahyu yang umum.
Yaitu berupa ilham yang diberikan Allah ketika tidur. Ubadah bin Shamith berkata, ”Mimpi seorang mukmin sebuah kalam (pembicaraan) yang Allah berbicara dengan hambaNya ketika tidur.” [Madarij Al Salikin, 1/51].
Dengan demikian wahyu secara umum bukan saja diberikan kepada para nabi, tetapi juga kepada selain nabi yang berupa ilham.
Wahyu kepada para nabi sifatnya terjaga dari kekeliruan (ma’shum), berbeda dengan selainnya.
Banyak ayat yang menjelaskan tentang penggunaan kata wahyu kepada selain nabi di antaranya:
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dan Kami (wahyukan) ilhamkan kepada ibu Musa, ”Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya, maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan jangan (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul. [Al Qashash:7].
Juga firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
Dan (ingatlah), ketika Aku (wahyukan) ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia, ”Berimanlah kamu kepadaKu dan kepada RasulKu.” Mereka menjawab, ”Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai Rasul), bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu).” [Al Maidah:111].
Juga Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
Dan Rabbmu mewahyukan kepada lebah, ”Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia.” [An Nahl:68] .
Tidak mesti ibunya Musa, Hawariyun apalagi lebah dengan mendapatkan wahyu dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala akan menjadi seorang nabi.
Dalam hal ini, Syaikul Islam Ibnu Taimiyah berkata,
”Dengan demikian wahyu adalah pemberitahuan yang cepat dan tersembunyi, baik ketika terjaga maupun mimpi. Mimpi para nabi ialah wahyu, dan mimpi orang mukmin ialah empat puluh enam bagian dari kenabian, sebagaimana yang tsabit (pasti) dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang shahih.”
Ubadah bin Shamith berkata, ”Mimpi orang mukmin termasuk kalam (percakapan) yang dilakukan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan hambaNya ketika tidur, begitu juga ketika terjaga, sebagaimana dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pada hadits tentang fadhilah Umar di atas.
Wahyu yang dimaksud di sini adalah ilham.
Diberikan Allah Subhanahu Wa Ta'ala kepada selain nabi, yang bisa terjadi ketika tidur atau terjaga.”
(Majmu’ Fatawa, 12/398).
[Cuplikan dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun VII/1423H/2003M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]
Referensi: https://almanhaj.or.id/3061-kedudukan-ilham-dalam-islam.html
Wallaahu A'lam
-----------------------------------
BUKU MENANG MELAWAN SIHIR
Assalamualaikum wrwb. Bismillah. Buku Panduan Melawan Sihir dengan jalan ruqyah syar'i. Berisi kisah & pengalaman kami bisa sembuh dari sihir yang menurut kami cukup mematikan. Rekomen untuk anda yang berahun-tahun belum juga sembuh dari sihir.
Judul: Kisah Pendekar Langit. PERTEMPURAN SIHIR BERDARAH. Rahasia Membongkar & Menghancurkan Tipu Daya Sihir
SPESIFIKASI BUKU
✅. Pengarang: Adhin Busro
✅.Jumlah halaman: 731 Halaman
✅.Size Layout: A5
✅.Kertas: HVS 70 mg
✅.Cover: Hard Cover
Pemesanan langsung chat WA: Klik https://bit.ly/3fQVFgY
Selengkapnya baca https://sites.google.com/view/pendekarlangit/home
Wassalam wrwb
Demikian artikel dengan judul Ternyata Ada Ilham untuk Selain Nabi semoga mencerahkan. Share artikel Ternyata Ada Ilham untuk Selain Nabi ini ke teman anda ya?
Sukses
Tidak ada komentar:
Posting Komentar