Saya copas sebuah artikel yang inspiratif, yang saya kasih judul Buhul Jiwa dalam Bentuk Penyakit Hati dalam Rumah Tangga. Apa maksudnya? Yuk simak artikelnya semoga bermanfaat untuk saya dan untuk kita semua. Amin
Buhul Jiwa dalam Bentuk Penyakit Hati dalam Rumah Tangga
Saya kasih analogi begini;
Ada seseorang terkena gangguan jin atau sihir kemudian ruqyah. Sehabis ruqyah sembuh, enteng. Namun beberapa hari kemudian kambuh lagi.
Begitu seterusnya sampai ybs stress.. Padahal ruqyah sudah beberapa kali, buhul sudah ditemukan, semua sudah dilakukan juga, namun gangguan tetap ada.
Kenapa bisa demikian?
Usut punya usut ada luka hati atau gangguan jiwa yang selalu diingat2 oleh korban. Ybs memendam kecewa misalnya dengan pasangannya. Padahal semua tahu penyebabnya karena gangguan jin/ sihir.
Misalnya pasangannya pernah menampar atau main fisik. Atau lari keluar dengan telanjang. Kemudian memicu korban malu, kecewa, marah dsb. Padahal diketahui bersama bahwa itu semua ada kendali gangguan jin disini.
Yakni jin yang memang bermaksud membuat luka jiwa, sehingga si syetan bisa kapan saja masuk lagi ketika jiwanya terluka akibat teringat pengalaman menyakitkan masa lalu.
Paham sampai disini?
Pasca ruqyah memang sembuh, namun beberapa hari kemudian korban teringat trauma masa lalu yang memicu kesedihan. lalu jin datang lagi memperparah keadaan. Begitu seterusnya.
Sebab jiwa yang sakit akan mengundang datangnya syetan.
Begitu kira2
Oleh karena itu mau tidak mau adalah
Melupakan
Mengikhlaskan
Mendoakan
Bisa?
Yuk simak artikel yang saya dapat dari grup dan channel pengobatan islam dibawah ini;
------------------------------------------
Sedekah Cinta Istri Dalam Terapi
_By M Nadhif Khalyani_
Diposting Di RLC Indonesia
Dahulu, saya pernah membuat kesimpulan tentang adanya gangguan saling terkait dalam keluarga. Hingga muncul cara terapi dan diagnosa yang saya sebut *Ruqyah Berkait.*
Hal itu terjadi karena pada sebagian kasus, gangguan yang dialami oleh anak terkadang terkait dengan sang ibu atau ayah atau saudaranya.
Demikian pula, terkadang gangguan yang dialami istri terkait dengan sang suami.
Saat sang anak diruqyah, ternyata ibunya respon dan bereaksi. Kita menyebut situasi sperti ini dengan sebutan saling terkait.
Belakangan kita temukan bahwa konsep ini ada juga disebutkan di buku syaikh Ali M. Dengan penjelasan singkat, yang kurang lebih sama dengan apa yang saya temui. Keterkaitan ini disebabkan ada buhul syaithani yang tersebar diantara anggota keluarga.
Dari pemahaman inilah kita menyadari perlunya kebersamaan dan keterlibatan keluarga dalam terapi ruqyah.
Pasien perlu diterapi bersama dengan keluarganya. Tidak diterapi sendiri.
Seiring berkembangnya waktu, kita dapati pula bahwa keterkaitan tersebut juga tentang masalah emosi negatif.
Satu orang dalam keluarga, menyimpan emosi negatif terhadap anggota keluarga lainnya.
Metode terapinya berkembang menjadi ditambah dengan nasihat, tazkiyah dan saling memaafkan. Dari kejadian kejadian itu, muncul asumsi, ternyata kondisi batin antara anggota keluarga adalah hal penting untuk dicermati. Semakin lapang, ridho hati mereka, maka in syaa Alloh semakin ringan proses terapinya, biidznillah.
Ada hal menarik yang kita dapati tentang keterkaitan batin ini.
Al Qur’an mengisyaratkan tentang pentingnya saling mendukung antara pasangan, saling berlapang dada, saling memaafkan hingga keridhoan hati untuk menyedekahkan harta kepada pasangannya.
Al Qur’an mengisyaratkan bahwa semua sikap hati yang positif ini bermanfaat untuk terapi.
Coba kita simak tema Sedekah Cinta Istri dalam tafsir Ibnu Katsir, surah An Nisa : 4
{فَإِنْ طِبْنَ لَكُمْ عَنْ شَيْءٍ مِنْهُ نَفْسًا فَكُلُوهُ هَنِيئًا مَرِيئًا}
Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kalian sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya. (An-Nisa: 4)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mahdi, dari Sufyan, dari As-Saddi, dari Ya'qub ibnul Mugirah ibnu Syu'bah, dari Ali yang mengatakan,
_"Apabila seseorang di antara kalian sakit, hendaklah ia meminta uang sebanyak tiga dirham kepada istrinya atau yang senilai dengan itu, lalu uang itu hendaklah ia belikan madu. Sesudah itu hendaklah ia mengambil air hujan, lalu dicampurkan sebagai minuman yang sedap lagi baik akibatnya, sebagai obat yang diberkati."_
Ibnu Katsir mengutip riwayat bahwa harta yang disedekahkan Istri kepada suami, adalah harta yang berkah dan bermanfaat untuk pengobatan.
Kita tidak mendapati penjelasan lebih di tafsir tersbut, mengapa hal ini bisa terjadi. Namun, jika kita kaitkan dengan metode terapi ruqyah berkait, mungkin ini bukan sekedar pemberian sebagian harta istri pada suami. Namun, ini soal sedekah cinta.
_Dalam diri istri ada harapan kebaikan untuk sang suami, Ada pengorbanan, ada keikhlasan, ridho, ada maaf yang dibuktikan, ada ego yang ditundukkan, ada kesabaran dalam kebersamaan._
Wallohua’lam. Tp yang jelas, Al Qur’an mengisyaratkan ada kebaikan dari harta, sedekah cinta sang istri tersebut. Ada hikmah besar dibaliknya.
Bagaimana jika, yang sakit adalah anak atau sang istri, dalam ruqyah berkait ini??
Bersambung di lain artikel, in syaa Alloh.
Smg bisa ketemu di jakarta awal Sept nanti untuk merinci metode ini, meski buku tersebut hanya menjelaskan sekilas saja.
Baarakallohu fiikum
Wallaahu A'lam
Referensi sumber:
https://www.facebook.com/abah.roqi?
Demikian artikel Buhul Jiwa dalam Bentuk Penyakit Hati dalam Rumah Tangga. Semoga bermanfaat. Share Buhul Jiwa dalam Bentuk Penyakit Hati dalam Rumah Tangga ini ke teman anda ya?
Sukses
Tidak ada komentar:
Posting Komentar