Reminder: Blog ini berisi iklan pihak ke 3, yang tidak terkait dengan konten

Ini Dia Gejala Terkena Penyakit Ain & Hasad

Penyakit Ain itu nyata adanya, kalau ada yang bisa mendahului takdir kematian maka Ain adalah sebabnya. Begitulah kurang lebih sebuah hadist yang mengatakan demikian. Yuk kita simak artikel ini dia gejala terkena penyakit ain & hasad.


Ini Dia Gejala Terkena Penyakit Ain & Hasad

Jaman sekarang banyak penyakit yang tidak bisa terdeteksi oleh dokter. Kadang2 ada penyakit yang tiba2 datang, membuat seseorang lemas, sesak nafas, pingsan lalu meninggal dimana rumah sakit biasanya menamakannya serangan jantung.

Kadang ada yang bilang angin duduk. Benarkah? Wallaahu A'lam tidak ada yang tahu. Namun diantara diagnosa tersebut gejala2 mati mendadak bisa juga karena ain loh?

Langsung saja simak ya? Saya ambil dari sumber grup dan channel pengobatan islam yang saya ikuti. Semoga bermanfaat.

Share ke teman anda.

Check it dot

AAAAAAAAA


------------------------------

GEJALA-GEJALA TERKENA PENYAKIT 'AIN DAN HASAD

Di antara gejala-gejalanya adalah: 

1. Terus-menerus menguap tanpa diiringi rasa kantuk. 

2. Terus-menerus bersendawa bukan saat makan, dan akan semakin bertambah saat membaca Al-Quran. 

3. Luka.

4. Muncul benjolan dan darah.

5. Muncul rasa panas dan dingin tanpa sebab.

6. Dada terasa sesak.

7. Lesu, malas, dan insomnia.

8. Was-was.

9. Badan gemuk, meski sedikit makan.

10. Mengalami penyakit kanker.

11. Mengalami gangguan kejiwaan, seperti gila dan mengkhayal.

12. Sering lupa. 

13. Rambut rontok. 

14. Muncul warna kehitaman di bawah mata dan wajah terlihat pucat meski tanpa ada tekanan.

15. Terus menerus merasa pusing.

16. Muncul bintik-bintik di bawah kulit seperti memar berwarna kecoklatan atau kebiruan, terutama pada bagian paha dan kedua lengan. 

17. Rasa sakit pada mulut lambung yang mana para dokter angkat tangan untuk mengobatinya.

18. Ingin sekali keluar rumah dan tidak betah tinggal di rumah.

19. Merasa ingin mati dan putus asa.

20. Bermimpi melihat mayat dan sering terkejut.

22. Mengalami sakit yang beraneka ragam dan berpindah-pindah yang tidak mampu dide- teksi oleh ilmu medis. Dan, ketika diperiksa dinyatakan sehat, meski rasa sakit itu tetap ada.

23. Tubuh pasien tidak mampu menerima obat yang paling baik, meski telah ditambah dosisnya.

24. Munculnya semut dalam jumlah banyak di dalam rumah secara tiba-tiba, meski tidak ada celah masuk.

25. Anak sering menangis.

26. Orang yang terkena penyakit 'ain bermimpi melihat teman atau kerabatnya, mereka melihat kepadanya dengan tatapan tajam atau ia mendengar kata-kata tentang dirinya dan ia melihat mereka memandang dengan pandangan buruk.

๐Ÿ“š Terapi Praktis Penyakit AIN & HASAD

✍ Syaikh Khalid Al - Habsyi

Editor: Rudi Abu Azka 

๐Ÿ“ฎPustaka Ruqyah 

Silahkan Di Share Bebas

Gabung Chanel telegram kami

t.me//galeriruqyahsyariyyah

--------------------------------------------

AAAAAAA


Mengenal Penyakit Ain, Pencegahannya dan Pengobatannya.

Bismillah

Penyakit ‘ain itu nyata adanya.

Pandangan mata bisa menyebabkan orang lain sakit, atau bahkan meninggal. Tentunya penyakit ‘ain ini begitu berbahaya dan menakutkan. Lalu bagaimana sebenarnya hakekat ‘ain, bagaimana cara mencegahnya serta bagaimana menghindarinya? Simak pemaparan singkat ini.

Apakah penyakit ‘ain itu?

‘Ain adalah penyakit atau gangguan yang disebabkan pandangan mata.

Disebutkan oleh Syaikh Abdurrahman bin Hasan:

ุฅุตุงุจุฉ ุงู„ุนุงุฆู† ุบูŠุฑَู‡ ุจุนูŠู†ู‡

“Seorang yang memandang, menimbulkan gangguan pada yang dipandangnya” (Fathul Majid Syarah Kitab Tauhid, hal. 69).

Dijelaskan oleh Al Lajnah Ad Daimah:

ู…ุฃุฎูˆุฐุฉ ู…ู† ุนุงู† ูŠَุนูŠู† ุฅุฐุง ุฃุตุงุจู‡ ุจุนูŠู†ู‡ ، ูˆุฃุตู„ู‡ุง : ู…ู† ุฅุนุฌุงุจ ุงู„ุนุงุฆู† ุจุงู„ุดูŠุก ، ุซู… ุชَุชุจุนู‡ ูƒูŠููŠุฉ ู†ูْุณู‡ ุงู„ุฎุจูŠุซุฉ ، ุซู… ุชุณุชุนูŠู† ุนู„ู‰ ุชู†ููŠุฐ ุณู…ู‡ุง ุจู†ุธุฑู‡ุง ุฅู„ู‰ ุงู„ู…َุนِูŠู†

“‘Ain dari kata ‘aana – ya’iinu yang artinya: terkena sesuatu hal dari mata. Asalnya dari kekaguman orang yang melihat sesuatu, lalu diikuti oleh respon jiwa yang negatif, lalu jiwa tersebut menggunakan media pandangan mata untuk menyalurkan racunnya kepada yang dipandang tersebut” (Fatawa Al Lajnah Ad Daimah, 1/271).

Gangguan dari ‘ain bisa berupa penyakit, kerusakan atau bahkan kematian.


Penyakit ‘ain benar adanya!

Setelah mengetahui definisi dari ‘ain, mungkin sebagian orang akan bertanya-tanya:

“Ah, mana mungkin sekedar memandang akan menimbulkan penyakit?!”,

“bagaimana bisa sekedar pandangan membuat seseorang mati?”.

Atau bahkan sebagian orang mengingkari adanya ‘ain karena tidak masuk akal.

Oleh karena itulah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

ุงู„ุนูŠู† ุญู‚، ูˆู„ูˆ ูƒุงู† ุดูŠุก ุณุงุจู‚ ุงู„ู‚ุฏุฑ ุณุจู‚ุชู‡ ุงู„ุนูŠู†

“Ain itu benar-benar ada! Andaikan ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, sungguh ‘ain itu yang bisa” (HR. Muslim no. 2188).

Dari Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata:

ูƒุงู†َ ุฑَุณูˆู„ُ ุงู„ู„ู‡ِ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„َّู…َ ูŠَุฃْู…ُุฑُู†ِูŠ ุฃَู†ْ ุฃَุณْุชَุฑْู‚ِูŠَ ู…ِู†َ ุงู„ุนَูŠْู†ِ

“Dahulu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memintaku agar aku diruqyah untuk menyembuhkan ‘ain” (HR. Muslim no.2195).

Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

ุฃูƒุซุฑُ ู…َู† ูŠู…ูˆุช ุจุนุฏَ ู‚ุถุงุกِ ุงู„ู„ู‡ِ ูˆู‚َุฏَุฑِู‡ِ ุจุงู„ุนูŠู†ِ

“Sebab paling banyak yang menyebabkan kematian pada umatku setelah takdir Allah adalah ain” (HR. Al Bazzar dalam Kasyful Astar [3/ 404], dihasankan oleh Al Albani dalam Shahih Al Jami’ no.1206).

Dan kabar Nabawi ini wajib kita imani, bahwa ‘ain itu benar-benar ada dan pernah terjadi. Dan tentunya sangat mudah bagi Allah untuk membuat adanya penyakit yang semisal ‘ain ini. Dan nyata penyakit ini juga banyak disaksikan adanya oleh orang-orang, yaitu ketika didapati adanya orang-orang yang jatuh sakit secara tiba-tiba tanpa sebab yang jelas.


Sebab terjadinya penyakit ‘ain

‘Ain terjadi karena adanya hasad (iri; dengki) terhadap nikmat yang ada pada orang lain. Orang yang memiliki hasad terhadap orang lain, lalu memandang orang tersebut dengan pandangan penuh rasa hasad, ini bisa menyebabkan penyakit ‘ain. Al Lajnah Ad Daimah menjelaskan:

ูˆู‚ุฏ ุฃู…ุฑ ุงู„ู„ู‡ ู†ุจูŠَّู‡ ู…ุญู…َّุฏุงً ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ุจุงู„ุงุณุชุนุงุฐุฉ ู…ู† ุงู„ุญุงุณุฏ ، ูู‚ุงู„ ุชุนุงู„ู‰ : ูˆู…ู† ุดุฑ ุญุงุณุฏ ุฅุฐุง ุญุณุฏ ، ููƒู„ ุนุงุฆู† ุญุงุณุฏ ูˆู„ูŠุณ ูƒู„ ุญุงุณุฏ ุนุงุฆู†ุง

“Allah Ta’ala memerintahkan Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam untuk meminta perlindungan dari orang yang hasad. Dalam Al Qur’an: ” … dan dari keburukan orang yang hasad” (QS. Al Falaq: 5). Maka setiap orang yang menyebabkan penyakit ain mereka adalah orang yang hasad, namun tidak semua orang yang hasad itu menimbulkan ‘ain” (Fatawa Al Lajnah Ad Daimah, 1/271).

Pandangan kagum juga bisa menyebabkan ‘ain. Dalam hadits dari Abu Umamah bin Sahl, ia berkata:

ุงุบุชุณู„ ุฃَุจِูŠ ุณَู‡ْู„ُ ุจْู†ُ ุญُู†َูŠْูٍ ุจِุงู„ْุฎَุฑَّุงุฑِ، ูَู†َุฒَุนَ ุฌُุจَّุฉً ูƒَุงู†َุชْ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุนَุงู…ِุฑُ ุจْู†ُ ุฑَุจِูŠุนَุฉَ ูŠَู†ْุธُุฑُ، ู‚َุงู„َ: ูˆَูƒَุงู†َ ุณَู‡ْู„ٌ ุฑَุฌُู„ุงً ุฃَุจْูŠَุถَ، ุญَุณَู†َ ุงู„ْุฌِู„ْุฏِ، ู‚َุงู„َ: ูَู‚َุงู„َ ุนَุงู…ِุฑُ ุจْู†ُ ุฑَุจูŠุนَุฉَ: ู…َุง ุฑَุฃَูŠْุชُ ูƒَุงู„ْูŠَูˆْู…ِ ูˆَู„ุง ุฌِู„ْุฏَ ุนَุฐْุฑَุงุกَ، ูَูˆُุนِูƒَ ุณَู‡ْู„ٌ ู…َูƒَุงู†َู‡ُ، ูَุงุดْุชَุฏَّ ูˆَุนْูƒُู‡ُ، ูَุฃُุชِูŠ ุฑَุณُูˆู„ُ ุงู„ู„ู‡ – ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… – ูَุฃُุฎْุจِุฑَ ุฃَู†َّ ุณَู‡ْู„ุงً ูˆُุนِูƒَ ูˆَุฃَู†َّู‡ُ ุบَูŠุฑُ ุฑَุงุฆِุญٍ ู…َุนَูƒَ ูŠَุง ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡، ูَุงَุชَุงู‡ُ ุฑَุณُูˆู„ُ ุงู„ู„ู‡ – ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… – ูَุฃَุฎْุจَุฑَู‡ُ ุณَู‡ْู„ ุจุงู„َّุฐِูŠ ูƒَุงู†َ ู…ِู†ْ ุดَุฃู†ِ ุนَุงู…ِุฑِ ุจْู†ِ ุฑَุจِูŠุนَุฉَ، ูَู‚َุงู„َ ุฑَุณُูˆู„ُ ุงู„ู„ู‡ – ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… -: “ุนَู„ุงَู…َ ูŠَู‚ْุชُู„ُ ุฃًุญَุฏُูƒู…ْ ุฃَุฎَุงู‡ُ؟ ุฃَู„ุง ุจَุฑَّูƒْุชَ؟، ุฅِู†َّ ุงู„ْุนَูŠْู†َ ุญَู‚ٌّ، ุชَูˆَุถَّุฃْ ู„َู‡ُ”. ูَุชَูˆَุถَุฃَ ู„َู‡ُ ุนَุงู…ِุฑُ ุจْู†ُ ุฑَุจِูŠุนَุฉَ، ูَุฑَุงุญَ ุณَู‡ْู„ ู…َุนَ ุฑَุณُูˆู„ِ ุงู„ู„ู‡ – ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… – ู„َูŠْุณَ ุจِู‡ِ ุจَุฃْุณٌ

“Suatu saat ayahku, Sahl bin Hunaif, mandi di Al Kharrar. Ia membuka jubah yang ia pakai, dan ‘Amir bin Rabi’ah ketika itu melihatnya. Dan Sahl adalah seorang yang putih kulitnya serta indah. Maka ‘Amir bin Rabi’ah pun berkata: “Aku tidak pernah melihat kulit indah seperti yang kulihat pada hari ini, bahkan mengalahkan kulit wanita gadis”. Maka Sahl pun sakit seketika di tempat itu dan sakitnya semakin bertambah parah. Hal ini pun dikabarkan kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, “Sahl sedang sakit dan ia tidak bisa berangkat bersamamu, wahai Rasulullah”. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pun menjenguk Sahl, lalu Sahl bercerita kepada Rasulullah tentang apa yang dilakukan ‘Amir bin Rabi’ah. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Mengapa seseorang menyakiti saudaranya? Mengapa engkau tidak mendoakan keberkahan? Sesungguhnya penyakit ‘ain itu benar adanya, maka berwudhulah untuknya!”. ‘Amir bin Rabi’ah lalu berwudhu untuk disiramkan air bekas wudhunya ke Sahl. Maka Sahl pun sembuh dan berangkat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam” (HR. Malik dalam Al-Muwatha’ [2/938] dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah [6/149]).

Dalam hadits ini ‘Amir bin Rabi’ah memandang Sahl bin Hunaif dengan penuh kekaguman, sehingga menyebabkan Sahl terkena ‘ain. Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:

ูˆุฅุฐุง ูƒุงู† ุงู„ุนุงุฆู† ูŠุฎุดู‰ ุถุฑุฑ ุนูŠู†ู‡ ูˆุฅุตุงุจุชู‡ุง ู„ู„ู…ุนูŠู†، ูู„ูŠุฏูุน ุดุฑู‡ุง ุจู‚ูˆู„ู‡: ุงู„ู„ู‡ู… ุจุงุฑูƒ ุนู„ูŠู‡

“Orang yang memandang dengan pandangan kagum khawatir bisa menyebabkan ain pada benda yang ia lihat, maka cegahlah keburukan tersebut dengan mengucapkan: Allahumma baarik ‘alaih” (Ath Thibbun Nabawi, 118).


Ain bisa terjadi pada benda mati

Para ulama mengatakan bahwa benda mati juga bisa terkena ‘ain. Benda mati yang terkena ‘ain bisa mengakibatkan rusak atau hancur secara tiba-tiba. Wa’iyyadzu billah.

Dalam hadits, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam berdoa:

ุงู„ู„ู‡ู… ุฅู†ูŠ ุฃุณุฃู„ูƒ ุงู„ุนููˆ ูˆุงู„ุนุงููŠุฉ ููŠ ุฏูŠู†ูŠ ูˆุฏู†ูŠุงูŠ ูˆุฃู‡ู„ูŠ ูˆู…ุงู„ูŠ

“Ya Allah, aku meminta ampunan dan keselamatan pada agamaku, duniaku, keluargaku, dan hartaku” (HR. Abu Daud no.5074, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).

Allah Ta’ala berfirman:

ูˆَู„َูˆْู„َุง ุฅِุฐْ ุฏَุฎَู„ْุชَ ุฌَู†َّุชَูƒَ ู‚ُู„ْุชَ ู…َุง ุดَุงุกَ ุงู„ู„َّู‡ُ ู„َุง ู‚ُูˆَّุฉَ ุฅِู„َّุง ุจِุงู„ู„َّู‡ِ ุฅِู†ْ ุชَุฑَู†ِ ุฃَู†َุง ุฃَู‚َู„َّ ู…ِู†ْูƒَ ู…َุงู„ًุง ูˆَูˆَู„َุฏًุง

“Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu “masyaAllah, laa quwwata illaa billah”. Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan” (QS. Al Kahfi: 39).

Para ulama menjadikan ayat ini dalil bahwa harta bisa terkena ain dan boleh diruqyah ketika terkena ‘ain. Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan:

ู‚ุงู„ ุจุนุถ ุงู„ุณู„ู: ู…ู† ุฃุนุฌุจู‡ ุดูŠุก ู…ู† ุญุงู„ู‡، ุฃูˆ ู…ุงู„ู‡، ุฃูˆ ูˆู„ุฏู‡ ูู„ูŠู‚ู„: ู…ุง ุดุงุก ู„ุง ู‚ูˆุฉ ุฅู„ุง ุจุงู„ู„ู‡ ู€ ูˆู‡ุฐุง ู…ุฃุฎูˆุฐ ู…ู† ู‡ุฐู‡ ุงู„ุขูŠุฉ ุงู„ูƒุฑูŠู…ุฉ

“Sebagian salaf mengatakan: orang yang kagum pada keadaannya atau hartanya atau pada anaknya, hendaknya ucapkan maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah. Ini diambil dari ayat yang mulia ini” (Tafsir Ibnu Katsir).


Cara mencegah agar pandangan kita tidak menimbulkan penyakit ‘ain

Sebagian ulama berpendapat bahwa untuk mencegah ‘ain ketika melihat suatu hal yang menakjubkan pada orang lain, mengucapkan:

ู…ุง ุดุงุก ุงู„ู„ู‡ ู„ุง ู‚ูˆุฉ ุฅู„ุง ุจุงู„ู„ู‡

/laa haula walaa quwwata illa billah/

Namun pendapat ini tidak memiliki dasar yang kuat.

Dari sisi orang yang memandang, hadits-hadits menunjukkan bahwa untuk mencegah ‘ain adalah dengan tabriik (mendoakan keberkahan), misalnya mengucapkan: “baarakallahu fiik” (semoga Allah memberkahimu) atau “baarakallahu laka” (semoga Allah memberkahimu).

Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

ุฅุฐุง ุฑุฃู‰ ุฃุญุฏูƒู… ู…ู† ู†ูุณู‡ ูˆ ุฃุฎูŠู‡ ู…ุง ูŠุนุฌุจู‡ ูู„ูŠุฏุน ุจุงู„ุจุฑูƒุฉ ูุฅู† ุงู„ุนูŠู† ุญู‚

“jika salah seorang dari kalian melihat pada diri saudaranya suatu hal yang menakjubkan maka doakanlah keberkahan baginya, karena ‘ain itu benar adanya” (QS. An Nasa-i no. 10872, dishahihkan Al Albani dalam Shahih An Nasa-i).

Dan yang paling penting agar tidak menimbulkan penyakit ‘ain pada diri orang lain adalah menghilangkan rasa hasad kepada orang lain. Karena hasad itu tercela. Dari Anas bin Malik radhiallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ู„ุง ุชَุจุงุบุถูˆุง ، ูˆ ู„ุง ุชَู‚ุงุทุนูˆุง ، ูˆ ู„ุง ุชَุฏุงุจَุฑูˆุง ، ูˆ ู„ุง ุชَุญุงุณَุฏُูˆุง ، ูˆ ูƒูˆู†ูˆุง ุนุจุงุฏَ ุงู„ู„ู‡ِ ุฅุฎูˆุงู†ًุง

“Janganlah kalian saling membenci, saling memutus hubungan, saling menjauh, saling hasad. Jadilah kalian sebagai hamba Allah yang bersaudara” (HR. Bukhari no. 6076, Muslim no.2559).

Dan hasad kepada nikmat yang didapatkan orang lain, berarti tidak ridha kepada keputusan Allah dan pembagian rezeki oleh Allah. Allah Ta’ala berfirman:

ูˆَู„َุง ุชَุชَู…َู†َّูˆْุง ู…َุง ูَุถَّู„َ ุงู„ู„َّู‡ُ ุจِู‡ِ ุจَุนْุถَูƒُู…ْ ุนَู„َู‰ ุจَุนْุถٍ ู„ِู„ุฑِّุฌَุงู„ِ ู†َุตِูŠุจٌ ู…ِู…َّุง ุงูƒْุชَุณَุจُูˆุง ูˆَู„ِู„ู†ِّุณَุงุกِ ู†َุตِูŠุจٌ ู…ِู…َّุง ุงูƒْุชَุณَุจْู†َ ูˆَุงุณْุฃَู„ُูˆุง ุงู„ู„َّู‡َ ู…ِู†ْ ูَุถْู„ِู‡ِ ุฅِู†َّ ุงู„ู„َّู‡َ ูƒَุงู†َ ุจِูƒُู„ِّ ุดَูŠْุกٍ ุนَู„ِูŠู…ًุง

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. An Nisa’: 32).


Cara agar kita tidak terkena ‘ain

Hal pertama yang perlu dilakukan agar terhindar dari penyakit ‘ain adalah menghindari sikap suka pamer, dan berhias diri dengan sifat tawadhu‘. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ูˆَุฅِู†َّ ุงู„ู„َّู‡َ ุฃَูˆْุญَู‰ ุฅِู„َูŠَّ ุฃَู†ْ ุชَูˆَุงุถَุนُูˆุง ุญَุชَّู‰ ู„َุง ูŠَูْุฎَุฑَ ุฃَุญَุฏٌ ุนَู„َู‰ ุฃَุญَุฏٍ ูˆَู„َุง ูŠَุจْุบِ ุฃَุญَุฏٌ ุนَู„َู‰ ุฃَุญَุฏٍ

“Sungguh Allah mewahyukan kepadaku agar kalian saling merendah diri agar tidak ada seorang pun yang berbangga diri pada yang lain dan agar tidak seorang pun berlaku zalim pada yang lain” (HR. Muslim no. 2865).

Sebisa mungkin hindari menyebut-nyebut kekayaan, kesuksesan usaha, kebahagiaan keluarga, juga memamerkan foto diri, foto istri/suami, foto anak, dan hal-hal lain yang bisa menimbulkan iri-dengki dari orang yang melihatnya. Atau juga yang bisa menyebabkan kekaguman berlebihan dari orang yang melihatnya. Karena pandangan kagum juga bisa menyebabkan ‘ain, sebagaimana sudah disebutkan.

Kemudian di antara upaya pencegahan penyakit ‘ain adalah dengan menjaga dan memelihara semua kewajiban dan menjauhi segala larangan, taubat dari segala macam kesalahan dan dosa, juga membentengi diri dengan beberapa dzikir doa, dan ta’awudz (doa perlindungan) yang disyariatkan. Allah Ta’ala berfirman:

ูˆَู…َุง ุฃَุตَุงุจَูƒُู…ْ ู…ِู†ْ ู…ُุตِูŠุจَุฉٍ ูَุจِู…َุง ูƒَุณَุจَุชْ ุฃَูŠْุฏِูŠูƒُู…ْ ูˆَูŠَุนْูُูˆ ุนَู†ْ ูƒَุซِูŠุฑٍ

“Dan musibah apa saja yang menimpa kalian, maka disebabkan oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah mema’afkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)” (Qs. Asy-Syuura: 30).

Allah Ta’ala juga berfirman:

ุฃَู„َุง ุจِุฐِูƒْุฑِ ุงู„ู„َّู‡ِ ุชَุทْู…َุฆِู†ُّ ุงู„ْู‚ُู„ُูˆุจُ

“Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS. Ar Ra’du: 28)

Rutinkan dzikir-dzikir pagi dan sore, serta dzikir-dzikir harian seperti dzikir keluar/masuk rumah, rumah, dzikir keluar/masuk kamar mandi, dzikir hendak tidur atau bangun tidur, dzikir keluar rumah, dzikir naik kendaraan, dzikir ketika akan makan, dzikir setelah shalat, dan lainnya.

Diantara dzikir pencegah ‘ain yang bisa dibaca kepada anak-anak agar tidak terkena ‘ain adalah sebagaimana yang ada dalam hadits Ibnu Abbas radhiallahu’anhu, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mendoakan Hasan dan Husain dengan doa:

ุฃُุนِูŠุฐُูƒู…ุง ุจูƒู„ِู…ุงุชِ ุงู„ู„ู‡ِ ุงู„ุชَّุงู…َّุฉِ، ู…ِู† ูƒู„ِّ ุดูŠุทุงู†ٍ ูˆู‡ุงู…َّุฉٍ، ูˆู…ِู† ูƒู„ِّ ุนูŠู†ٍ ู„ุงู…َّุฉٍ

/u’iidzukuma bikalimaatillahit taammah, min kulli syaithaanin wa haamah wa min kulli ‘ainin laamah/

“Aku meminta perlindungan untuk kalian dengan kalimat Allah yang sempurna, dari gangguan setan dan racun, dan gangguan ‘ain yang buruk”. Lalu Nabi bersabda: “Dahulu ayah kalian (Nabi Ibrahim) meruqyah Ismail dan Ishaq dengan doa ini” (HR. Abu Daud no. 4737, Ibnu Hibban no.1012, dishahihkan Syu’ain Al Arnauth dalam Takhrij Ibnu Hibban).


Cara mengobati penyakit ‘ain

Adapun orang yang terlanjur terkena ‘ain maka yang pertama kali harus dilakukan adalah bersabar. Hendaknya ia meyakini bahwa penyakit ‘ain itu terjadi atas izin Allah. Allah Ta’ala berfirman:

ู…َุง ุฃَุตَุงุจَ ู…ِู†ْ ู…ُุตِูŠุจَุฉٍ ุฅِู„َّุง ุจِุฅِุฐْู†ِ ุงู„ู„َّู€ู‡ِ ۗ ูˆَู…َู†ْ ูŠُุคْู…ِู†ْ ุจِุงู„ู„َّู€ู‡ِ ูŠَู‡ْุฏِ ู‚َู„ْุจَู‡ُ ۚ ูˆَุงู„ู„َّู€ู‡ُ ุจِูƒُู„ِّ ุดَูŠْุกٍ ุนَู„ِูŠู…ٌ

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. At Taghabun: 11).

Dan hendaknya ia bertawakkal hanya kepada Allah. Ia meyakini bahwa satu-satunya yang bisa menyembuhkan hanyalah Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman:

ูˆَุฅِู† ูŠَู…ْุณَุณْูƒَ ุงู„ู„َّู€ู‡ُ ุจِุถُุฑٍّ ูَู„َุง ูƒَุงุดِูَ ู„َู‡ُ ุฅِู„َّุง ู‡ُูˆَ

“jika Allah menimpakan suatu mudharat kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Allah sendiri” (QS. Al An’am: 17).

Jika orang yang terkena ‘ain bertawakkal kepada Allah sepenuhnya, maka pasti Allah akan sembuhkan.

Allah Ta’ala berfirman:

ูˆَู…َู†ْ ูŠَุชَูˆَูƒَّู„ْ ุนَู„َู‰ ุงู„ู„َّู‡ِ ูَู‡ُูˆَ ุญَุณْุจُู‡ُ

“Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah pasti Allah akan penuhi kebutuhannya” (QS. Ath Thalaq: 3).

Dan hendaknya orang yang terkena ‘ain mengusahakan sebab-sebab yang bisa menyembuhkan penyakit ‘ain, diantaranya:

  • Mandi dari air bekas mandi orang yang menyebabkan ‘ain

Sebagaimana hadits dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhum, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

ุงู„ุนูŠู† ุญู‚ ูˆู„ูˆ ูƒุงู† ุดูŠุก ุณุงุจู‚ ุงู„ู‚ุฏุฑ ู„ุณุจู‚ุชู‡ ุงู„ุนูŠู† ، ูˆุฅุฐุง ุงุณุชุบุณู„ุชู… ูุงุบุณู„ูˆุง

“‘Ain itu benar adanya. Andaikan ada perkara yang bisa mendahului takdir, maka itulah ‘ain. Maka jika kalian mandi, gunakanlah air mandinya itu (untuk memandikan orang yang terkena ‘ain)” (HR. Muslim no. 2188).

  • Mandi dari air bekas wudhu orang yang menyebabkan ‘ain

Sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Umamah bin Sahl di atas. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan Amir bin Rabi’ah untuk berwudhu dan menyiramkan air wudhunya kepada Sahl yang terkena ‘ain. Dalam riwayat yang lain:

ูَุฃَู…َุฑَ ุนَุงู…ِุฑًุง ุฃَู†ْ ูŠَุชَูˆَุถَّุฃَ، ูَุบَุณَู„َ ูˆَุฌْู‡َู‡ُ ูˆَูŠَุฏَูŠْู‡ِ ุฅِู„َู‰ ุงู„ْู…ِุฑْูَู‚َูŠْู†ِ، ูˆَุฑُูƒْุจَุชَูŠْู‡ِ ูˆَุฏَุงุฎِู„َุฉَ ุฅِุฒَุงุฑِู‡ِ، ูˆَุฃَู…َุฑَู‡ُ ุฃَู†ْ ูŠَุตُุจَّ ุนَู„َูŠْู‡ِ

“Lalu Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan Amir untuk berwudhu. Lalu Amir membasuh wajah dan kedua tangannya hingga sikunya, dan membasuh kedua lututnya dan bagian dalam sarungnya. Lalu Nabi memerintahkannya untuk menyiramkannya kepada Sahl” (HR. An Nasa’i no. 7617, Ibnu Majah no. 3509, Ahmad no. 15980, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah).

Dari Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata :

ูƒุงู†َ ูŠُุคู…َุฑ ุงู„ุนุงุฆِู†ُ، ููŠุชูˆุถّุฃُ، ุซู… ูŠَุบْุชَุณِู„ُ ู…ู†ู‡ ุงู„ู…َุนِูŠู†ُ

“Dahulu orang yang menjadi penyebab ‘ain diperintahkan untuk berwudhu, lalu orang yang terkena ‘ain mandi dari sisa air wudhu tersebut” (HR Abu Daud no 3885, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah no.2522).

  • Ruqyah syar’iyyah

Sebagaimana hadits dari Asma bintu Umais radhiallahu’anha, ia berkata:

ูŠุง ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ، ุฅู† ุจู†ูŠ ุฌุนูุฑ ุชุตูŠุจู‡ู… ุงู„ุนูŠู† ، ุฃูู†ุณุชุฑู‚ูŠ ู„ู‡ู… ؟ ، ู‚ุงู„ : ู†ุนู… ، ูู„ูˆ ูƒุงู† ุดูŠุก ุณุงุจู‚ ุงู„ู‚ุฏุฑ ู„ุณุจู‚ุชู‡ ุงู„ุนูŠู†

“Wahai Rasulullah, Bani Ja’far terkena penyakit ‘ain, bolehkah kami minta mereka diruqyah? Nabi menjawab: iya boleh. Andaikan ada yang bisa mendahului takdir, itulah ‘ain” (HR. Tirmidzi no.2059, Ibnu Majah no. 3510, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah).

Ada beberapa cara meruqyah orang yang terkena ‘ain, diantaranya dengan membacakan doa yang ada dalam hadits ‘Aisyah radhiallahu’anha, ia berkata:

“Ketika Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam merasakan sakit, Malaikat Jibril meruqyahnya dengan doa:

ุจุงุณْู…ِ ุงู„ู„ู‡ِ ูŠُุจْุฑِูŠูƒَ، ูˆَู…ِู†ْ ูƒُู„ِّ ุฏَุงุกٍ ูŠَุดْูِูŠูƒَ، ูˆَู…ِู†ْ ุดَุฑِّ ุญَุงุณِุฏٍ ุฅุฐَุง ุญَุณَุฏَ، ูˆَุดَุฑِّ ูƒُู„ِّ ุฐِูŠ ุนَูŠْู†ٍ

/bismillahi yubriik, wa min kulli daa-in yasyfiik, wa min syarri haasidin idza hasad, wa syarri kulli dzii ‘ainin/

(dengan nama Allah yang menyembuhkanmu. Ia menyembuhkanmu dari segala penyakit dan dari keburukan orang yang hasad dan keburukan orang yang menyebabkan ‘ain) (HR. Muslim no.2185).

Atau membaca doa-doa ruqyah dari hadits-hadits shahih yang lainnya, serta ayat-ayat Al Qur’an. Dan semua ayat-ayat Al Qur’an bisa untuk meruqyah.

Demikian pemaparan singkat mengenai penyakit ‘ain. Semoga Allah Ta’ala menjaga kita dari keburukan penyakit ‘ain.

Wallahu waliyyu dzalika wal qaadiru ‘alaihi.

Penulis: Yulian Purnama

-------------------

Wallaahu A'lam

Demikian penjelasan ini dia gejala terkena penyakit ain & hasad semoga bermanfaat. Share ya?

Sukses



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kitab Penghancur Sihir Panduan Menghancurkan SIhir Santet Sampai Tuntas

Assalamualaikum wrwb. Perkenalkan saya Pendekar Langit dengan bangga mempersembahkan buku panduan dengan judul "Kitab Penghancur Sihir&...